PTPN IV PalmCo Gandeng Aiken Jepang, Targetkan PTBg Cofiring Mulai Beroperasi Akhir Tahun 2025
Medan — PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV PalmCo) bekerja sama dengan perusahaan asal Jepang, Aiken, menargetkan proyek PTBg Cofiring rampung dan memasuki tahap commissioning pada akhir tahun 2025. Proyek ini menjadi salah satu langkah strategis PalmCo dalam mendukung program energi bersih nasional melalui pemanfaatan limbah biomassa sebagai bahan bakar alternatif.
Dorong Energi Terbarukan Lewat Cofiring
PTBg Cofiring merupakan teknologi pemanfaatan biogas dan biomassa padat sebagai bahan bakar tambahan (cofiring) pada pembangkit listrik berbasis batu bara. Dalam kerja sama ini, limbah tandan kosong sawit (TKKS) dan limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) akan diolah menjadi energi terbarukan.
“Kolaborasi ini bagian dari komitmen PalmCo untuk mengoptimalkan potensi limbah sawit dan mendukung target bauran energi nasional. Kami harap commissioning bisa dilakukan tepat waktu pada akhir 2025,” ujar Direktur PTPN IV PalmCo, Senin (7/7).

Baca juga: Cuaca Riau Hari Ini, 5 Juli 2025, Sejumlah Wilayah di Riau Berpotensi Hujan Disertai Petir
Kolaborasi Teknologi Indonesia-Jepang
Kerja sama dengan Aiken Jepang menghadirkan transfer teknologi mutakhir dalam pengolahan limbah menjadi energi ramah lingkungan. Aiken dikenal berpengalaman mengembangkan teknologi cofiring di berbagai negara, sehingga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan menekan emisi karbon dari pembangkit.
“Kami percaya proyek ini akan menjadi percontohan yang baik dalam mengembangkan energi hijau berbasis industri sawit,” kata perwakilan Aiken dalam acara peninjauan proyek.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Selain mengurangi emisi gas rumah kaca, proyek PTBg Cofiring juga diharapkan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar perkebunan. PTPN IV PalmCo berencana melibatkan masyarakat dalam rantai pasok bahan baku biomassa, sehingga tercipta lapangan kerja baru dan nilai tambah dari limbah sawit.
Pemerintah daerah mendukung penuh proyek ini dan berharap inovasi serupa bisa dikembangkan di wilayah perkebunan lain di Indonesia.